Sports

Kisah Anthony Ginting Sukses Permainkan Chen Long seperti Anak Kecil

KISAH Anthony Ginting sukses permainkan Chen Long seperti anak kecil bakal dibahas di sini. Anthony Sinisuka Ginting adalah salah satu pebulu tolak tunggal putra terpilih Indonesia.

Permainan mengagumkan dengan smash keras yang tajam dan tepat jadi kebolehan unggulan Ginting dalam menaklukkan lawan-lawannya. Tak jarang-jarang kebolehan bagus Ginting di atas lapangan bikin lawannya kelabakan.

Anthony Ginting

Hal itu pernah nampak waktu pebulu tolak Indonesia posisi tiga dunia itu hadapi salah satu tunggal putra terpilih China, Chen Long. Ginting dan Chen Long benar-benar kerapkali kali ikut serta pertarungan seru.

Tapi di semi-final French Open 2019, Ginting bikin peraup tiga medali Olimpiade itu seperti anak kecil yang anyar main bulu-bulu tolak. Di awalnya pertandingan, Ginting dan Chen Long langsung ikut serta kejar memburu angka.

Sejumlah kali tehnik deception Ginting bikin Chen Long mati cara. Sampai, beberapa peristiwa Ginting permainkan tunggal putra asal China itu terbentuk di pertandingan itu.

Ya, Ginting kerapkali lakukan pukulan lob ke segi belakang yang bikin Chen Long berlarian seperti anak kecil. Sayangnya, sejumlah kekeliruan yang dilakukan Ginting membuatnya ketinggalan di sela pertama 11-8.

Selesai sela, ke-2 pemain ini sama sama beradu tehnik deception. Tak cuman itu, keduanya pun sama sama memperlihatkan kebolehan smash silang yang mematikan. Secara berganti-gantian, Ginting dan Chen Long pun sama sama menyuap point.

Masuk poin-poin genting, Ginting yang ketinggalan pun main lebih mendesak. Akhirnya Ginting sukses memburu point Chen Long yang sempat unggul 4 angka.

Tak mau terserang comeback dari Anthony Ginting, Chen Long pun ikut menaikkan tekanan permainan. Smash-smash kerasnya bikin Ginting kesusahan mengantisipasinya. Sampai di pada akhirnya, kekeliruan Ginting diakhir gim pertama bikin Chen Long menang dengan 21-19.

Anthony Sinisuka Ginting

Masuk gim ke-2, Ginting langsung tancap gas. Dropshot yang dilanjutkan dengan smash keras langsung bikin Ginting unggul. Meskipun sempat memburu, Chen Long dipaksa menjauh lantaran blocking elok yang bikin Ginting mencapai sela 11-6.

Ginting kembali mendesak selesai interval sela. Gempuran untuk gempuran Ginting sukses menghasilkan banyak point yang membuatnya unggul jauh dari Chen Long. Sayangnya, point Ginting tiba-tiba berhenti di angka 18.

Chen Long yang menghangat bikin Ginting kelabakan. Sejumlah kali sampai Ginting dibentuk terpuruk oleh permainan bagus Chen Long. Akhirnya Ginting mesti mengaku keunggulan tunggal putra China itu dan kembali berserah di gim ke-2 21-18.

Demikianlah peristiwa Anthony Ginting sukses permainkan Chen Long seperti anak kecil akan tetapi di comeback di poin-poin akhir.

Kontent di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Wartawan Okezone.com tak ikut serta dalam materi content ini.

Tak mau terserang comeback dari Anthony Ginting, Chen Long pun ikut menaikkan tekanan permainan. Smash-smash kerasnya bikin Ginting kesusahan mengantisipasinya. Sampai di pada akhirnya, kekeliruan Ginting diakhir gim pertama bikin Chen Long menang dengan 21-19.

Anthony Sinisuka Ginting

Masuk gim ke-2, Ginting langsung tancap gas. Dropshot yang dilanjutkan dengan smash keras langsung bikin Ginting unggul. Meskipun sempat memburu, Chen Long dipaksa menjauh lantaran blocking elok yang bikin Ginting mencapai sela 11-6.

Ginting kembali mendesak selesai interval sela. Gempuran untuk gempuran Ginting sukses menghasilkan banyak point yang membuatnya unggul jauh dari Chen Long. Sayangnya, point Ginting tiba-tiba berhenti di angka 18.

Chen Long yang menghangat bikin Ginting kelabakan. Sejumlah kali sampai Ginting dibentuk terpuruk oleh permainan bagus Chen Long. Akhirnya Ginting mesti mengaku keunggulan tunggal putra China itu dan kembali berserah di gim ke-2 21-18.

Demikianlah peristiwa Anthony Ginting sukses permainkan Chen Long seperti anak kecil akan tetapi di comeback di poin-poin akhir.

(DKH)

Kontent di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Wartawan Okezone.com tak ikut serta dalam materi content ini.

KISAH Gregoria Mariska Tunjung waktu jadi juara dunia junior 2017 bakal dibahas di sini. Jawara tunggal putri Indonesia itu di waktu itu sempat demam sampai diinfus.

Sukses Gregoria tembus perempatfinal All England 2023 jadi sorotan. Dikarenakan, dia memahat peristiwa dengan jadi tunggal putri Indonesia pertama yang sukses tembus delapan besar All England selesai 10 tahun.

Gregoria Mariska Tunjung

Meskipun tidak berhasil mengambil langkah ke semi-final, perolehan Gregoria udah cukup manis. Jadi catatan, Gregoria adalah juara dalam gelaran Kejuaraan Dunia Junior 2017.

Pebulu tolak kelahiran Wonogiri ini pun cetak peristiwa di waktu itu dengan jadi tunggal putri pertama yang jadi juara Kejuaraan Dunia Junior. Itu ialah pertama kalinya tunggal putri Indonesia dapat sukses di gelaran ini selesai 25 tahun.

Tapi, perjalanan Gregoria di waktu itu sama sekali tak gampang. Dikarenakan, dia butuh lewat empat gelaran buat dapat jadi juara mulai sejak pertama kali turut Kejuaraan Dunia Junior di 2014 waktu usianya masih 15 tahun.

“Aku ikut Kejuaraan Dunia Junior dari 2014. Waktu itu awal banget ikut banyak pemain yang aku kenal dan enggak asing di telinga aku, kayak Akane Yamaguchi dulu sudah bagus banget kan mainnya, itu masih main dia 2014,” sebut Gregoria terhadap MNC Portal Indonesia.

Di tahun pertamanya, Gregoria berhenti di tahap 64 besar dalam gelaran yang digelar di Alor Setar, Malaysia. Busanan Ongbamrungphan asal Thailand yang di waktu itu jadi favorit ke-2 sukses menundukkan Gregoria yang memaksa diri main walau tengah mengenyam cidera pergelangan kaki.

“Jadi 2014 itu aku kalah sama Busanan. Tapi 2014 itu buat aku pribadi enggak masuk hitungan karena pas 2014 itu aku jatuh dan kena engkel, jadi itu bukan penampilan terbaik aku. Aku itu cedera, aku jatuh dari bus. Jatuh dari bus bengkak banget engkelnya tapi tetap main,” lanjutnya.

Sampai 2016, Gregoria belum mendapati kesempatan baik yang baik di gelaran ini. Tapi, tahun 2017 keberuntungannya berganti. Itu ialah tahun terakhirnya di belantika junior.

Berkaca di tahun-tahun sebelumnya, Gregoria tak berkeinginan berlebihan di waktu itu. Pemain lulusan PB Mutiara itu di waktu itu jadi salah satu favorit dalam gelaran yang berjalan di Yogyakarta itu.

Gregoria Mariska Tunjung

“Sempat udah kayak mikir tahun depan nih (2017) terakhir di junior, bisa apa enggak. Tahun terakhir tuh aku nothing to lose, kayak sudah tahun-tahun sebelumnya ngerasa optimis tapi takutnya malah jadi gimana-gimana, apalagi itu main di Jogja di rumah sendiri, harus bisa mengendalikan ekspektasi diri sendiri,” ikat Gregoria.

“Di Kejuaraan Dunia Junior 2017 itu aku enggak pasang target yang gimana-gimana, tapi aku pengen medali,” tambahnya.

Jalan Gregoria ke arah gelar juara benar-benar sukar. Sampai, Gregoria sempat mengenyam demam mulai sejak tahap 16 besar sampai mesti diinfus di tiap kali pertandingan usai.

“Waktu 2017 itu bisa dibilang perjalanannya itu susah tapi lancar-lancar saja. Bahkan aku sempat sakit, di babak 16 besarnya aku demam. Jadi dari 16 besar, 8 besar, semifinal, dan final, selama itu aku harus diinfus terus setelah match,” jelas Gregoria.

Tapi begitu, cara Gregoria malah mendapatkan kelancaran. Main dalam situasi demam dan hampir tidak sadarkan diri, usahanya malah berbuah manis di peristiwa ini.

“Jadi aku tuh demam yang beneran demam, tapi rasanya kayak jalan Tuhan emang enggak ada yang tahu. Usaha apapun kalau memang Tuhan udah kasih, Tuhan bikin buat kita bisa-bisa aja,” lanjut pemain yang waktu ini berumur 23 tahun itu.

“Pas main sambil demam itu enggak mikir apa-apa karena waktu itu aku pengen banget dapet medali. Jadi satu-satu. Sempat di babak 16 besar aku hampir mau pingsan, lawan Wang Zhiyi (China) capek banget itu,” terang Gregoria.

Han Yue

Gregoria tembus final dengan situasi yang masih belum fit. Han Yue asal China menantinya di final di pertandingan itu dan itu bukanlah pertandingan yang gampang.

“Pas sampai final aku mikir pengen tutup tahun terakhir dengan baik. Jadi dari awal apapun yang terjadi di lapangan ini enggak bakal terjadi lagi di hidup aku. Jadi ya atau enggak. Saat itu pengen usaha sebaik mungkin karena emang aku ngerasa udah all out,” tuturnya.

Di pada akhirnya, Gregoria sukses memeluk kemenangan sensasional, jadi juara dunia junior di tahun terakhirnya. Dia menang dalam perlawanan seru melawan Han Yue dengan score akhir 21-13, 13-21, dan 24-22.

Kontent di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Wartawan Okezone.com tak ikut serta dalam materi content ini.

Berkaca di tahun-tahun sebelumnya, Gregoria tak berkeinginan berlebihan di waktu itu. Pemain lulusan PB Mutiara itu di waktu itu jadi salah satu favorit dalam gelaran yang berjalan di Yogyakarta itu.

Gregoria Mariska Tunjung

“Sempat udah kayak mikir tahun depan nih (2017) terakhir di junior, bisa apa enggak. Tahun terakhir tuh aku nothing to lose, kayak sudah tahun-tahun sebelumnya ngerasa optimis tapi takutnya malah jadi gimana-gimana, apalagi itu main di Jogja di rumah sendiri, harus bisa mengendalikan ekspektasi diri sendiri,” ikat Gregoria.

“Di Kejuaraan Dunia Junior 2017 itu aku enggak pasang target yang gimana-gimana, tapi aku pengen medali,” tambahnya.

Jalan Gregoria ke arah gelar juara benar-benar sukar. Sampai, Gregoria sempat mengenyam demam mulai sejak tahap 16 besar sampai mesti diinfus di tiap kali pertandingan usai.

“Waktu 2017 itu bisa dibilang perjalanannya itu susah tapi lancar-lancar saja. Bahkan aku sempat sakit, di babak 16 besarnya aku demam. Jadi dari 16 besar, 8 besar, semifinal, dan final, selama itu aku harus diinfus terus setelah match,” jelas Gregoria.

Tapi begitu, cara Gregoria malah mendapatkan kelancaran. Main dalam situasi demam dan hampir tidak sadarkan diri, usahanya malah berbuah manis di peristiwa ini.

“Jadi aku tuh demam yang beneran demam, tapi rasanya kayak jalan Tuhan emang enggak ada yang tahu. Usaha apapun kalau memang Tuhan udah kasih, Tuhan bikin buat kita bisa-bisa aja,” lanjut pemain yang waktu ini berumur 23 tahun itu.

Kontent di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Wartawan Okezone.com tak ikut serta dalam materi content ini.

Back to top button